Mendaki Puncak Jayawijaya Sebagai Satu – Satunya Gunung Salju Beriklim Tropis
|
Mendaki Puncak Jayawijaya Sebagai Satu – Satunya Gunung Salju Beriklim Tropis
Selain transportasi, perkemahan dan perlengkapan yang memadai sangat diperlukan. Anda juga harus melakukan perijinan kepada petugas jauh – jauh hari. Mengingat di wilayah ini sangat rawan konflik antar suku, maka dibutuhkan keahlian khusus untuk menangani masalah perijinan. Sangat disarankan Anda memakai jasa agen perjalanan, agar memudahkan Anda untuk menjangkau Puncak Jayawijaya dengan mudah.
Memang untuk mendapatkan surat ijin bukanlah hal yang mudah, medan yang akan ditempuh juga sulit dan berbahaya, sehingga untuk sampai di Puncak Jayawijaya juga bukanlah hal yang gampang, selain itu dana yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Dibutuhkan keseriusan dan kegigihan untuk mencapai puncak tertinggi dari gunung ini. Namun itu semua akan terbayarkan dengan sensasi yang akan didapatkan oleh trakker ketika sampai di Puncak Jayawijaya. Pemandangan yang spektakuler serta menakjubkan akan membuat Anda kehabisan kata – kata untuk melukiskannya. Walaupun tidak dapat dipungkiri, untuk mencapainya, menguras banyak tenaga dan isi kantong tentunya.
Sepertinya sangat tidak lengkap jika sudah berkunjung ke Papua, tetapi tidak membawa oleh – oleh khas daerahnya. Papua memiliki buah tangan yang beragam, mulai dari kaos yang bertuliskan Papua, pajangan yang unik, lukisan dari kulit kayu, cokelat yang nikmat, sarang semut, hingga ramuan buah merah yang sudah dikenal khasiatnya.
Koteka, nama ini sudah tak asing lagi. Koteka merupakan sebuah benda yang biasa di gunakan untuk menutup kelamin laki – laki dewasa asli dari daerah Papua. Namun benda ini menjadi incaran para pengunjung. Mungkin karena fungsinya yang unik dan tidak akan Anda temui di daerah manapun selain di pulau Papua.
Bukan hanya itu, di Papua juga banyak yang menyediakan kerajinan tangan seperti Nokem. Apa itu nokem? Nokem adalah tas yaang terbuat dari akar kayu. Selain itu, beragam gelang dan kalung cantik buatan tangan juga dapat anda temui disana. Ada juga topi berbulu dan rok rumbai – rumbai yang cantik. Untuk Anda pecinta barang antik, disanalah tempat yang cocok untuk berburu. Selain itu, Anda dapat menemukan tombak, busur dan panah. Di Papua juga memiliki batik yang cantik. Warna kain batik tersebut cenderung cerah dan pastinya bercorak serta bermotif khas Papua.
Seperti yang kita ketahui, di Papua makanan pokoknya tidak sama dengan di Jawa. Kalau di Jawa kita sudah akrab dengan yang namanya nasi, tetapi lain dengan di Papua. Mereka memiliki kebiasaan untuk memakan sagu. Sagu merupakan makanan pokok masyarakat Papua. Untuk masalah kuliner, masyarakat Papua juga tidak kalah dengan daerah lain. Yang pertama ada Papeda. Bahan dasar untuk membuat makanan ini ialah sagu, yang merupakan makanan pokok khas Papua. Untuk membuat papeda, berbahan dasar sagu tersebut diolah sehingga menjadi lengket seperti lem. Rasanya pun hambar. Namun Papeda biasanya dinikmati dengan lauk lainnya seperti ikan atau daging. Uniknya, lauk yang di santap dengan Papeda haruslah berkuah dan berwarna kuning.
Selanjutnya yaitu Martabak Sagu. Sesuai namanya, bahan dasar pembuatan martabak ini adalah sagu. Di olah lalu digoreng dengan taburan gula merah di atasnya. Martabak ini cocok dinikmati pada waktu santai. Ada lagi yang lain yaitu Ikan Bakar Manokwari. Ikan bakar ini adalah ikan tongkol yang dibakar. Namun yang membedakaannya adalah sambal yang khas dan sangat pedas. Selanjutnya ada ikan bungkus. Jika dilihat dari tampilannya, memang mirip seperti ikan pepes pada umumnya. Namun yang membedakannya ialah bumbu – bumbu yang beragam.
Dan yang makin membuat penasaran, yaitu Sate Ulat Sagu. Mendengar namanya saja Anda akan geli, bahkan mual. Namun memang bahan dasar pembuat makanan ini adalah ulat di pohon sagu. Ulat dari pohon sagu itu di tusuk dan dibakar. Sangat mirip dengan pembuatan sate pada umumnya. Kemudian Udang selingkuh, nama yang unik untuk salah satu kuliner ini. Dinamakan udang selingkuh, karena menurut tampilannya memang seperti udang pada umumnya namun udang ini memiliki capit seperti kepiting. Sehingga masyarakat setempat memberikan nama udang selingkuh, karena mereka menganggap udangnya sudah selingkuh dengan kepiting dan menghasilkan anak sedemikian rupa.
0 komentar:
Posting Komentar